Pages

Saturday, June 11, 2016

A lovely commuter called Monika

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komuter berarti (n) ulang alik: pesawat jet -- berkecepatan tinggi. Sementara, wikipedia mendefisikannya sebagai berikut :

Komuter (berasal dari bahasa Inggris Commuter; dalam bahasa Indonesia juga disebut penglaju atau penglajo) adalah seseorang yang bepergian ke suatu kota untuk bekerja dan kembali ke kota tempat tinggalnya setiap hari, biasanya dari tempat tinggal yang cukup jauh dari tempat bekerjanya.
Saya setuju dengan definisi versi wikipedia karena sesuai dengan kondisi saya. Jadi begini, saya bekerja di Jakarta, rumah di Bekasi, kadang-kadang tinggal di Bogor juga. Tapi sumpah, KTP saya Bekasi, dan saya terdaftar di lingkungan saya tinggal. Akibatnya, setiap Senin sampai Jumat aktivitas saya adalah bolak balik Bekasi - Jakarta untuk bekerja. Oke, intinya hampir setiap hari saya menyesaki udara Jakarta untuk beraktivitas.

Sebagai seorang komuter, transportasi adalah kunci sukses untuk survive di tempat tujuan. Ada beberapa pilihan transportasi yang bisa saya gunakan, mulai dari naik mikrolet 26 jurusan Kalimalang - Kampung Melayu, Kereta commuterline, kendaraan pribadi, gojek, grabcar, atau jalan sehat bisa dilakukan. Tapi dari semua opsi itu, yang sering saya gunakan adalah kereta commuterline yang lebih terkenal dengan sebutan KRL dan naik kendaraan sendiri (kata sendiri perlu di emphasize untuk menunjukkan saya bukan pejabat yang bawa kendaraan dinas). Dua transportasi itu sangat akrab dengan saya sejak saya tinggal di Bekasi. Apakah saya tidak pernah menggunakan mikrolet? Jawabannya pernah, tapi frekuensinya tidak sebanyak dua jenis transportasi tadi.

Di postingan saya sebelum-sebelumnya, saya pernah menyampaikan plus minus menggunakan dua transportasi ini, kali ini saya ingin membagi pengalaman menjadi seorang komuter yang lovely.. (mohon abaikan ke-alay-an saya).

Postingan ini saya buat karena saya mengalami banyak hal seminggu ini terkait dengan perjalanan kekomuteran saya. Kejadiannya dimulai dari Senin lalu yang juga hari pertama umat Islam puasa Ramadhan. Jadwal kerja saya memang berubah menjadi jam 08.00 sampai jam 15.00. Saya berangkat seperti biasa, jam 06.30. Tapi ketika saya menyusuri tol Cikampek... Oh My God, macet tralala trilili. Saya pikir kalau saya berangkat seperti biasa, sementara jam masuk kantor lebih lambat setengah jam, saya akan diuntungkan dan bisa datang lebih pagi, tapi realitanya sungguh berbeda. Baiklah, ini Qodratullah.. sudah kehendak Allah memang begini. Saya tetap berpikir positif bahwa nanti ketika pulang lalu lintas akan lebih bersahabat dengan saya. Alhamdulillah, lalu lintas memang lagi pro ke saya, Hanya diperlukan waktu satu jam untuk sampai rumah dengan waktu pulang yang jam 15.00. Saya masih bisa begini begitu menyiapkan buka puasa. (namanya juga emak-emak).

Hari berikutnya, kejadian di pagi hari sebelumnya berulang. Macet tak terkira. Tapi waktu itu saya berpikir memang salah saya yang berangkat setengah jam lebih lambat dari jadwal keberangkatan saya. Tapi masih aman, saya tidak terlambat seperti yang dialami beberapa rekan kerja saya, padahal jarak rumah mereka ke kantor hanya 4 km (mereka tinggal di rumah dinas). Nah pulangnya, penderitaan di pagi hari berulang di sore hari. Ini jadi semacam pengambilan sampel yang berulang dengan replacement. Peluangnya sama terus euy...

Waktu pulang macet-macetan itu, saya sering membatin, kenapa tadi ga naik commuterline aja, Jadi bisa lebih cepat sampai rumah. Ga apa-apa lah berdesak-desakan (oiya, berdesak-desakan adalah salah satu fitur yang disajikan commuterline) yang penting sampai rumah on time. Kalau ramadhan saya tidak boleh terlambat masuk dan tidak boleh terlambat pulang. Nanti siapa yang nyiapin buka puasa? (ini emak-emak sok berarti banget ya). Tapi yang seperti itu kan tidak bisa disesali, soalnya saya sudah terjebak macet di tol cikampek.

Tol cikampek itu, adalah tol favorit para truk dan komuter Bekasi-Jakarta. Keberadaan tol ini sama pentingnya dengan oksigen yang saya hirup setiap detik. Mereka yang hendak bepergian ke Bandung dari Jabodetabek, harus melalui tol ini. Begitu juga dengan para pengusaha yang memiliki pabrik di Kawasan Industri di Bekasi dan Karawang yang hendak mendistribusikan barangnya melalui pelabuhan dan bandara atau para importir yang hendak mengambil barangnya dari pelabuhan. Sejak tol Cikampek terintegrasi dengan tol Cipularang dan JORR, kesesakan tol ini sangat terasa. Bisa melalui tol ini dengan kecepatan 80 km/jam rasanya seperti menjuarai race Formula 1 karena penggunaan gear 5 itu jarang terjadi pada rush hour. Kemacetan ini semakin didukung sejak dibukanya kembali Halim Perdana Kusuma untuk penerbangan komersil. Kenapa? karena traffic light Halim seperti tak berdaya mengatur aliran kendaraan yang hendak ke bandara. Apalagi kalau sudah jelang weekend, long weekend, dan holiday. Ampun deh, terkadang saya butuh waktu satu jam untuk lolos dari exit Halim sampai ke Cawang.

Terus kalau lagi terkena traffic jam, saya ngapain?. Pertama, saya berpikir positif dulu. Oh ini mungkin ada voorijder yang lagi mengawal pejabat atau orang penting. Percaya deh, saya pernah sampai di overtake 5 voorijder ketika pulang kantor. itu artinya ada lima orang penting yang melalui tol Cikampek. Atau saya akan berpikir mungkin ada kecelakaan, aduh kasihan banget, mudah-mudahan dia ga kenapa-kenapa, kalau kenapa-kenapa juga jangan sampai lebih kenapa-kenapa lagi.

Kedua, saya akan bersikap pasrah mengarah tidak peduli. Oke ini macet, mari kita nikmati kebersamaan ini dengan para truk dan kendaraan lainnya yang terjebak macet sambil mendengarkan radio. Atau mendengarkan koleksi mp3 saja yang belum saya update playlistnya. Sebenarnya saya tidak punya playlist yang banyak, paling dalam satu playlist itu ada 5-7 lagu yang durasinya 3-4 menit. Jadi kalau terjebak macet, saya bisa mendengarkan playlist itu sampai beberapa kali, akibatnya otak saya keracuanan lagu yang ada di playlist tersebut. Masalah akan bertambah besar, ketika playlist yang saya masukkan adalah lagu korea. Hahaha... masalah besar buat saya yang ga ngerti bahasa korea. Akhir-akhir ini saya lagi suka mendengar lagunya eric nam yang beberapa bulan lalu merilis mini album yang judulnya interview. Alhasil saya keracunan lagu-lagunya eric nam.

Ketiga, kalau saya terjebak macet, saya akan melakukan perawatan diri. Di mobil, saya menyediakan handbody, gunting kuku, sama body mist. Jadi, kalau lagi kena macet, saya akan oles-oles lotion yang wangi.. yah hitung-hitung ini adalah aroma terapi pengurang stres karena macet di jalan. Kadang-kadang saya juga gunting kuku kalau pas kukunya panjang.

Di hari ketiga Ramadhan, saya masih konsisten untuk mengalami kemacetan saat berangkat kerja dan pulang kerja. Saya juga masih konsisten menyesali kenapa tidak naik commuterline saja. Tapi istimewanya, hari ketiga itu ternyata commuterline Bekasi juga mengalami gangguan karena kabel yang terbakar dan tawuran antar warga di Klender. Saya batal menyesal tidak naik commuterline..

Sebenarnya apa sih yang menjadi sponsor kemacetan tol cikampek?
Berdasarkan pengalaman tiga tahun yang hampir setiap harinya menyusuri tol cikampek, saya akan menyebutkan sponsor kemacetan tol ini.

Pertama, seperti yang sudah diuraikan di atas, tol cikampek adalah urat nadi transportasi yang menghubungkan bagian barat Pulau Jawa ke bagian timurnya. Ada alternatif lain seperti kereta api atau jalur selatan, tetapi jalur ini tetap memiliki kenyamanan paling tinggi. Akibatnya, volume kendaraan meningkat dan terjadilah kemacetan. Saya menyebut ini sebagai teori kemacetan klasik, karena kemacetan bersumber dari meningkatnya volume kendaraan.

Kedua, tol cikampek yang juga tol favorit para truk dan trailer, membuat tol ini jadi semakin macet. Truk dan trailer itu, selain menghabiskan luas jalan dengan bodynya yang besar, kecepatannya juga seringkali tidak layak untuk berjalan di tol. Suka lihat kan rambu lalu lintas yang menunjukkan batas minimal dan maksimal kecepatan di jalan tol? Nah, truk ini, bisa melaju dengan kecepetan 40 km per jam saja sudah harus dikasih medali. Terus terang saya sendiri kalau berada di tol, sangat ilfil sama yang namanya truk. Mereka itu sangat akrab satu sama lain. Saking akrabnya, kalau jalan, mereka akan mengambil semua jalur, dari jalur satu sampai jalur empat. Bayangkan, dengan kecepatan yang lambat, jalur yang terpakai semuanya, terus kami-kami ini yang sudah susah payah menabung untuk membeli mobil dengan kecepatan standar, tidak bisa menyalip truk-truk itu karena mereka memblok jalan. Memang ada peraturan bahwa truk dan trailer dan juga bus, jalan di lajur kiri karena kecepatan mereka yang lambat. Tapi masalahnya, mereka tidak merasa kecepatan mereka lambat. Hasilnya, kita macet-macetan dong..

Ketiga, tol cikampek punya banyak exit. Saya tidak tahu bagaimana aturan baku untuk membangun jalan tol. Yang jelas, tol Cikampek punya exit yang banyak, karena setiap hampir 5 km ada exit. Apalagi kalau ada perumahan baru yang lokasinya dekat jalan tol, biasanya tinggal tunggu waktu saja akan ada exit di lokasi dekat situ. Exit ini juga memberikan kontribusi dalam urusan macet. Kalau volume yang exit dan entry di tol banyak, bisa dipastikan pengguna tol yang sudah berada di tol akan terganggu lajunya. Dan ini akan berujung pada macet. Selain exit, kebijakan menghubungkan tol cikampek dengan JORR hingga ke Tangerang juga memberikan kontribusi kemacetan. Sejak dibukanya tol ke arah Tangerang, semua truk yang hendak ke Tangerang mengantri di km 10 tol cikampek. Kalau mengantrinya di lajur kiri sih tidak masalah. Ini mereka mengambil semua jalur untuk belok di km 10. Pokoknya bisa bikin emosi jiwa deh.

Tapi, apapun itu, yang namanya kemacetan di tol cikampek sudah menjadi dinamika hidup saya. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya saya akan menjadi bagian dari para komuter yang menyesaki Jakarta, Saya sering memikirkan bagaimana caranya supaya tol cikampek ini tidak macet. Mungkin kalau tol JORR yang di utara sudah jadi, truk-truk itu akan langsung dari Karawang dan Cikarang melalui tol JORR yang di utara. Mungkin kalau double reel yang dicanangkan bisa digunakan Agustus ini benar sudah jadi, commuterline Bekasi akan lebih on time dan tidak penuh sesak karena perjalanannya tidak terganggu dengan kereta jarak jauh. Mungkin kalau MRT beneran jadi dibangun, dan revitalisasi jalan kalimalang selesai, kemacetan ini bisa terurai. Dan banyak kemungkinan lagi..

Spesialnya jadi seorang komuter di bulan Ramadhan ini adalah ketika pulang kantor. Sekarang saya tidak terlalu gelisah dan resah kalau terlambat pulang kantor menjelang buka puasa. Mengingat anak-anak sudah semakin tinggi menjulang dan memiliki daya survival yang tinggi, saya tinggal memberi perintah saja untuk menyiapkan buka puasa dengan beli makanan jadi. Alhamdulillah, tidak ada yang tidak bisa disyukuri selama kita bisa melihat sisi positif dari suatu kejadian.

Anyway, selamat berpuasa, jangan lupa tarawihnya, amal sholehnya, tadarusnya. Semoga puasa di Ramadhan kali ini membuat kita stronger than yesterday..

Monday, May 11, 2015

a due date

Kalau boleh jujur, yang namanya menghadapi due date itu bukanlah sesuatu yang baru untuk pegawai veteran (ini bahasa halus dari kata'tua') seperti saya. Sejak pertama kali bekerja di pusat dengan ritme kerja yang tap-tap dan kontinyu, sampai sekitar dua tahun lalu, yang namanya due date a.k.a deadline memang selalu menghantui. Hantu ini sempat berhenti menakuti ketika saya alih profesi (haizz ini apaan sih, kesannya berubah profesi jadi artis gitu..). Iya, kalau mau boleh jujur lagi, profesi yang sekarang ini ibaratnya zona double nyaman. Mungkin beberapa teman saya kurang setuju dengan pendapat saya, tapi it's okay, saya menghargai pendapat dan pendapatan mereka kok :)

Yang namanya due date, buat semua pegawai di lini manapun pasti akan menghadapinya, yang membedakan adalah tingkat stres-nya. Ada due date yang kalau dipikirin sampai bikin orang sakit karena selalu pusing memikirkan pekerjaannya, khawatir dengan proses dan hasilnya nanti. Ada juga yang dibawa santai, tapi istiqomah, tetap dikerjakan sesuai prosedur, lalu pasrah.. Ada juga sih yang cuek, pura-pura ga punya peran dalam kegiatan, go with the flow versi dia. Di dunia ini, sebenarnya memang cuma ada tiga itu aja tipe pegawai dalam menghadapi due date.

Dan masih dalam kerangka jujur-jujuran tadi, saya termasuk yang kedua. Ok, ini sebenarnya tidak perlu dijelaskan, karena dijelaskan juga tidak ada manfaatnya. Tapi kondisi menghadapi 'due date' itu kembali menghantui saya. Sempat ilfil karena sudah dua tahun tidak merasakan deg-degannya dengan due date ini. Sempat ketawa ketiwi dalam hati kalau mengingat apa yang sudah saya lakukan kalau berhadapan yang namanya due date ini. Dulu saya sering menganiaya badan saya dengan mengambil jatah tidur yang minimal 4 jam sehari menjadi sekitar 3-2 jam sehari. Tapi sekarang saya tidak bisa bersikap seperti itu terhadap badan saya, alasannya sudah jelas, badan saya saat ini tidak dalam kondisi seperti beberapa tahun lalu itu. Dulu kalau tidur cuma 3 jam sehari, di kantor masih bisa aktif, lalu pulang balas dendam tidur, bisa langsung kembali segar. Tapi metabolisme tubuh sekarang ini sudah mengalami perubahan, jadi tidak bisa lagi seperti itu. Justru saat ini, saya tidak boleh tidur kurang dari 4 jam. Kalau kurang, bisa kayak zombie kalau ke kantor. Yang hadir cuma badannya saja, tapi konsentrasinya entah kemana. Dan kalau dalam kondisi seperti ini, nyetir pun ga boleh, harus naik angkutan umum. Apalagi sekarang semua pekerjaan domestik (baca: rumah tangga) harus ditangani sendiri, karena saya tidak pakai asisten rumah tangga. Jadi sebenarnya ini cuma trade off antara pekerjaan kantor dengan pekerjaan domestik :)

Lalu, due date apa yang saya hadapi? Ah, ini sebenarnya cuma kasus biasa, tapi mungkin karena sudah lama tidak menghadapinya jadi kesannya 'wow' aja. Dan untuk tune in nya itu rasanya beraaaaaaat banget.. oh dear..
Itu juga yang akhirnya membuat saya akhirnya menulis di sini, kali aja dengan melepaskan itu semua dalam tulisan ini bisa memuluskan jalan saya untuk tune in. Ayo kasih semangat dong.. If the sky is the limit, it's time to fly! Fighting!!!

Tuesday, March 24, 2015

Ujian

Ok, ini postingan kedua di tahun ini, setelah sebelumnya saya mengunci blog ini karena tadinya saya merasa ini harus dikunci. Tapi mengingat saya bukanlah seleb blog dan bukan seleb lecture juga, jadi saya pikir ya sudahlah, mari dibuka lagi saja.

Sebenarnya, waktu untuk membuat postingan itu banyak terjadi di tempat-tempat umum ketika sedang menunggu. Menunggu apa saja, menunggu angkutan umum seperti commuter line, pesawat, di dalam bus antar kota atau mobil travel. Menunggu jam mengajar, menunggu teman di lobi atau menunggu kepastian hehe.. Setidaknya itulah yang terjadi pada saya, beberapa postingan saya buat ketika sedang menunggu transportasi moda. Saat ini pun, postingan ini dibuat ketika menunggu anak-anak ujian..

Dulu pernah ada masa dimana saya sangat excited dengan ujian. Rasa deg-degan nya itu memang memicu adrenalin, tapi kalo hasilnya memuaskan, memunculkan serotonin :). Saya pikir semua orang pasti pernah menghadapi ujian. Dan rasa deg-degan setiap ujian pasti berbeda. Ada ujian yang suka dianggap biasa saja, semacam uts atau uas. Ada juga ujian yang sampai dibawa stres, dipikirin terus padahal sudah berlalu. Yang paling wow itu biasanya ujian saat masuk PTN, ujian bikin sim termasuk yang wow juga ga ya? Entahlah..

Ujian, pasti ada dalam setiap kehidupan manusia. Bentuknya macam-macam, menghadapinya pun berbeda-beda penanganannya. Tetapi dari semua ujian yang pernah saya lalui, kuncinya cuma satu, persiapan dan bersikap tenang. Kalau sudah melakukan persiapan, dan bisa bersikap tenang, insya Allah ujian bisa dilalui dengan baik.

Kalau sudah selesai ujian, tinggal berserah diri dan tetap berharap yang terbaik.

Selamat ujian..

Wednesday, January 14, 2015

2015 Blog Breaking

Judul postingan ini diinspirasi dari spanduk pembangunan apartemen deket rumah yang bertuliskan ground breaking. Itu artinya pembangunan apartemen tersebut baru saja dimulai. Begitu juga dengan postingan kali ini, tang menandakan postingan pertama di tahun 2015.

Sejujurnya, postingan ini saya buat sambil menunggu commuter line yang sudah tiga hari ini jadwalnya kacau balau sehingga kenyamanan penumpang terganggu. Dan entah kenapa, justru di saat jadwal CL terganggu saya malah terpaksa menggunakan angkutan ini.. pyuuh..

Akibatnya, banyak teman-teman yang bertanya kenapa saya tidak bawa mobil, kenapa jadi sering naik CL, apakah sudah terjadi penurunan kesejahteraan, apakah lalu lintas sangat macet jadi naik CL, apakah bekasi sebegitu parahnya sampai tidak nyaman untuk naik mobil dan seterusnya.. Dan saya pun menjawab secara random pertanyaan-pertanyaan itu dengan sempurna..

Ada dua hal saya terpaksa harus naik CL. Pertama adalah sesi 1. Kalau saya mengajar sesi 1 yang dimulai jam 7.30, peluang saya untuk datang terlambat kalau naik mobil cukup besar, sekitar 20-25 persen. Soalnya dalam 20 hari kerja selama sebulan, rata-rata saya telat itu 3-4 kali. Kalau datangnya sudah telat, biasanya perlu mood booster karena kesal datang terlambat. Hal kedua adalah non academic factor. Itu bisa macam-macam selain sesi 1. Misalnya saja waktu itu gembok mobil saya tidak bisa terbuka, bangun kesiangan, ada telpon penting... loh.. iya kadang telpon bisa lama..

Buat seorang komuter seperti saya, naik CL itu bisa membantu dari sisi waktu, tapi tidak dari sisi kenyamanan. Selain itu ada aja cerita hasil curi dengar pembicaran penumpang yang lagi ngobrol. Iya, biasanya saya naik CL tanpa teman, jadi kalau di stasiun atau di dalam gerbong ya asik sendiri. Kind of a loner type hehe..

Contohnya hari ini, saya jadi tau ternyata sinetron yang lagi happening itu zoda. Nah, saya yg jarang nonton tv jadi penasaran. Kata ibu-ibu penumpang CL, rajanya ganteng tapi sayang pendek hahaha.. trus saya juga jadi tau sate padang yg enak deket rumah saya waktu di dalam gerbong dan lg untel-untelan penumpangnya. Gerombolan penumpang CL itu asik ngomongin sate padang. Dari hasil curi dengar itu saya bisa tau kalau mereka tinggal deket area rumah saya.

Angkuta kereta api itu kalau di PDB yang berbasis SNA 1993 masuk ke dalam sektor angkutan, subsektor angkutan rel. Daya angkutnya yang besar untuk melintas antar kota dan tanpa macet plus biayanya yang murah, membuat komuter mengandalkan CL. Berdasarkan pengalaman saya naik CL, demand untuk subsektor ini sangat tinggi. Sayangnya tidak diiringi supply. Sebagai penganut general equilibrium garis keras, kalau supply tidak bisa nencukupi demand, ada kebijakan yang harus diambil. Ga mungkin kn kita impor jasa angkutan kereta, kecuali pmtbnya yang diimpor.

Di tengah carut marutnya sektor transportasi ini, ternyata saya bisa tertawa dalam hati. Menikmati sih ga juga, tapi daripada kesel lah.. jadi lihat sisi positifnya aja. Demikian juga untuk tahun ini, semoga saya jadi lebih positive thinking..

Monday, November 24, 2014

Bukan hari yang indah

Entah kenapa, bulan November ini rasanya seperti inversia dari kejadian-kejadian baik. Saya tetap berusaha untuk berada dalam kerangka baik sangka atas kejadian-kejadian ini. Workshop yang terganggu kuliah, harta yang hilang, jadwal yang tidak ramah, anak sakit, sampai bikin lecet mobil orang dan saya harus mengganti kerugiannya itu. Semuanya campur aduk membentuk suatu sistem yang memiliki dampak sistemik pada pola hidup saya. Hehehe..

Seperti yang terjadi hari Senin ini. Harusnya saat ini saya duduk manis di ruang workshop IMF mencermati paparan mereka mengenai financial account. Asal tau saja, saya sangat menanti-nanti workshop ini karena selain undangannya terbatas, saya masih penasaran dengan data financial account yang dirilis hasil kerjasama antara BI dan BPS. Selain itu, saya memang sedang menimba ilmu dari seorang teman di sana. Tetapi, alih-alih mendengarkan paparan IMF dan BI, saya malah tergolek di ruangan, tak berdaya, kelelahan, dengan otak yang stuck pada blog. Inginnya sih menumpahkan semua kekesalan pada tulisan ini, tapi kok sayang ya energinya..

Jadi, kira-kira apa hal lain yang bisa melengkapi hari yang tidak indah ini? Jawabannya adalah sosial media.
Social media sepertinya berkonspirasi dengan alam untuk membuat hari ini menjadi semakin tidak indah. Yang sedang happening saat ini adalah perang posting dan re-posting antara haters dan lovers. Saya hampir-hampir tidak mengenali lagi teman-teman saya di dunia maya (walaupun memang dari awal saya tidak terlalu mengenal mereka, tapi ini yang dulunya kenal jadi merasa aneh membaca postingannya). Biasanya mereka sharing yang ringan dan positif, malah kadang-kadang bisa membuat hari saya jadi lebih berwarna. Tapi saat ini, baik itu facebook maupun twitter sangat parah. Dan tidak, saya tidak men-stalking akun-akun itu. Kecakepan..hehehe

Hari ini saya datang terlambat satu jam dari jadwal kerja yang ditetapkan. Bukan karena saya bangun kesiangan. Saya tetap bangun jam 3 pagi dan berangkat tetap jam 5.30. Tapi semesta memang mendukung untuk membuat hari ini menjadi tidak indah. Belum lagi masuk tol, saya sudah terjebak kemacetan yang luar biasa saat mengantar anak saya sekolah jam 6 pagi tadi (biasanya jam 6.15 saya sudah sampai di sekolah anak saya). Baru bisa terbebas dari kemacetan jam 7.30. Akhirnya saya memutuskan untuk naik commuter line karena saya baca di timeline, tol dalam kota macet parah. Ini hikmahnya jadi komuter, jadi mahir membuat keputusan berdasarkan informasi dari sosial media.

Hari ini memang bukan hari yang indah. Tapi hidup memang tidak selalu indah. Mungkin ini adalah salah satunya. Semoga ada banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari hari yang tidak indah ini. Dan semoga juga, saya bisa membalik kembali inversia ini menjadi hari yang indah.

Friday, October 17, 2014

Introduction to CGE.. again

Dilanjutkan lagi CGE nya ya..

Penjelasan pareto dalam tulisan ini adalah kondisi sederhana dan fokus pada kasus satu konsumen, dua faktor produksi dan dua komoditas

Keseimbangan Produksi
Dalam teori produksi dijelakan produsen berada dalam keseimbangan bila MRTSu = w1/w2 dimana w1 adalah harga faktor L (tenaga kerja) dan w2 adalah harga faktor K (modal). Jika ada dua perusahaan yang menghasilkan barang/komoditas yang sama (kita sebut saja x1 dan dan x2), keseimbangannya bisa dijelaskan melalui Edgeworth Box (ini ada di microeconomics-nya Nicholson).

Keseimbangan Konsumen
Pareto optimum pada konsumen, didekati dengan konsep Marginal Rate of Substitution (MRS). MRS menunjukkan kesediaan seorang konsumen untuk menukarkan satu unit terakhir dari suatu barang untuk mendapatkan beberapa unit barang lainnya. MRS sama dengan harga relatif kedua barang yang akan dikonsumsinya untuk mencapai kepuasan yang optimal.

Keseimbangan Sektor Produksi dan Konsumsi
Keseimbangan produksi dan konsumsi tercapai pada saat MRTPTu = MRS = P1/P2.
MRPT adalah tingkat transformasi suatu produk terhadap produk lain. MRS menunjukkan sejauh mana konsumen mau menukarkan suatu komoditias dengan komoditas lainnya. Keseimbangan terjadi jika transformasi produksi sesuai dengan tingkat substitusi konsumsi (Nicholson, 1994)

Asumsi
Ok, semua model pasti memiliki asumsi. Nah, selain memenuhi asumsi pasar persaingan sempurna dan efisiensi pareto, terdapat beberapa asumsi lain dari model CGE (Gilig dan Carl, 2002), yaitu :
1. Pada pasar komoditas dan pasar input, total permintaan = total penawaran
2. Pada tingkat harga keseimbangan keuntungan perusahaan = nol
3. Pendapatan rumah tangga = Pengeluaran rumah tangga
4. Penerimaan pemerintah = pengeluaran pemerintah

Dari asumsi tersebut bisa dilihat kalau model CGE adalah model ekonomi yang melihat ekonomi sebagai suatu sistem yang komplit. Model CGE dibuat pada level makro (agregat) tapi dengan memasukkan level mikro lebih rinci dengan adanya keterkaitan antara aktor ekonomi. Seluruh pasar secara jelas telah mencapai keseimbangan dan memiliki struktur tertentu yang didasari pada formula keseimbangan. Pasar mencapai keseimbangan jika memenuhi syarat : non negatif, homogen dan memiliki harga yang unik, tidak terjadi excess demand, dan efisiensi pada harga pasar.

Model CGE memiliki dua karakteristik, dioperasikan dengan harga relatif dan memenuhi hukum Walras dan numeraire (harga seluruh barang merupakan harga relatif terhadap suatu harga). Jadi tidak bisa dengan harga absolut. Model CGE terdiri dari banyak persamaan, yang solusinya menggambarkan keseimbangan umum. Persamaan-persamaan ini menggambarkan perilaku mikroekonomi yang umumnya merupakan persamaan nonlinier. Model CGE umumnya menggunakan closure makroekonomi. Suatu closure merefleksikan ketepatan asumsi dalam model. Closure menyediakan pilihan variabel-variabel yang menjadi variabel eksogen dan variabel endogen. Juga digunakan untuk menentukan simulasi berkenaan dengan skala waktu jangka panjang dan jangka pendek dengan mensubstitusi variabel eksogen dengan variabel endogen.

Jumlah variabel dalam model biasanya elbih besar dari persamaannya, sehingga harus ada variabel-variebel endogen dan eksogen. Variabel ensogen adalah variabel yang nilainya ditentukan dalam model. Variabel eksogen adalah variabel yang nilainya ditentukan di luar model.

Mudah-mudahan ini bisa jadi pengantar untuk memahami CGE. Mengenai teknis penghitungannya.. mungkin nanti kalau ada kesempatan saya coba tulis disini. Tapi ga janji..

Sunday, September 28, 2014

Introduction to CGE

Acara seminar dan sidang skripsi sudah hampir dua minggu berlalu. Kesibukan kedua acara tersebut melebihi sibuknya artis yang syuting secara striping untuk acara sinetron kejar tayang. Pokoknya hectic banget..

Dari beberapa sidang skripsi mahasiswa, semua menggunakan model ekonomi yang sama, yaitu model ekonometrika. Entah itu dengan data panel, time series atau dengan cross section yang pakai RLB. Saya kurang mengerti, apakah memang harus menggunakan model ekonometrika untuk dapat menjawab tujuan yang kebanyakan adalah menganalisis dampak variabel-variabel ekonomi. Karena ada model lain yang juga menggunakan statistik yang bisa menjelaskan fenomena ekonomi secara lebih komprehensif. Contohnya saja yang sudah diajarkan adalah model IO, model SNSE dan yang saat ini sedang happening adalah model CGE (Computable General Equilibrium).

CGE merupakan model struktural. Artinya, model ini dibangun dengan dasar-dasar teori mikroekonomi dan makroekonomi dimana perilaku agen-agen ekonomi dijelaskan secara spesfik dan detail dalam bentuk persamaan (behavioral equation). Oleh karena itu, model CGE dapat menjelaskan interaksi antara agen-agen yang berbeda pada suatu wilayah (bisa berupa negara atau daerah).

Sebenarnya, ada beberapa model ekonomi yang bisa digunakan untuk melihat dan menganalisis dampak perubahan variabel-variabel ekonomi, yang paling sering digunakan adalah model ekonometrika dan model CGE. Model lainnya adalah model keseimbangan parsial (partial equilibrium), yang salah satu aplikasinya adalah equilibrium displacement model, Input-output Model (Model IO) dan Social Accounting Matrix atau Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE).

Model ekonometrika didasarkan pada analisis regresi dengan jenis data yang digunakan bisa berupa data cross section, time series, dan panel yang merupakan gabungan antara data cross section dan time series. Sehingga diperlukan series data yang cukup untuk melakukan estimasi parameter dan ada asumsi-asumsi yang harus dipenuhi terkait dengan regresinya. Ketersediaan series data dan konsistensinya seringkali menjadi masalah bila ingin menggunakan model ekonometrik pada data negara sedang berkembang.
Sementara itu, model CGE hanya mengacu pada tahun tertentu (particular benchmark years). Model CGE juga dapat melakukan analisis dan dampak pada tingkat mikroekonomi dan makroekonomi. Hal ini berbeda dengan yang terjadi bila menggunakan model ekonometrik yang biasanya hanya dapat melakukan analisis di tingkat makroekonomi.

Konsep dasar CGE adalah Efisiensi Pareto atau Pareto Optimum pada setiap agen ekonomi (produsen, konsumen, investor dan pemerintah). Dalam teori mikroekonomi, efisiensi dalam perekonomian dikenal dengan efisiensi pareto yang menjelaskan kondisi dimana satu pihak tidak dapat menignkatkan kepuasannya tanpa mengurangi kepuasan pihak-pihak lainnya. Konsep efisiensi pareto mencakup tiga jenis efisiensi :
1. efisiensi alokasi sumber daya (keseimbangan produksi)
2. efisiensi kombinasi distribusi komoditas (keseimbangan konsumsi)
3. efisiensi kombinasi produk (keseimbangan sektor produksi dan konsumsi)

Sebelum menggunakan model CGE, harus dipastikan dulu si pembangun model memiliki ilmu matematika (terutama kalkulus lah ya untuk optimasi), mikroekonomi (untuk menjelaskan efisiensi pareto), makroekonomi (untuk analisis dampaknya), plus komputasi (karena ini bukan model ekonometrika yang biasa pake eviews, jadi akan sangat membantu bila si pembuat model memahami algoritma komputasi karena software yang digunakan biasanya open source yang mengandalkan penguasaan syntax-syntaxnya).

...to be continued